Selasa, 15 Mei 2012

BERLINDUNGLAH DARI TIPU DAYA!

“Hai Adam, bertempat tinggallah kamu dan isterimu di surga serta makanlah olehmu berdua di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang dzolim.” (QS: Al-A’rof: 19). Larangan ini diketahui oleh Iblis dan sekuat tenaga ia berfikir bagaimana supaya Adam dan Hawa juga dilaknat oleh Allah dengan melanggar larangan itu. Iblis mengendap-endap ingin masuk surga kembali tetapi diusir oleh malaikat Ridwan, penjaga pintu surga. Namanya juga Iblis, ia tidak kehilangan akal, ia berdiri di pintu surga dengan beribadah di situ selama tiga ratus tahun, hingga tersiar kabar ibadahnya Iblis ke penduduk surga. Para malaikat tahu, tetapi tidak satu pun mereka yang keluar dari surga menghampirinya. Allah tidak mengijinkan siapa pun menengok Iblis di depan pintu surga.
Setelah waktu berjalan selama tiga ratus tahun itu, tiba-tiba seekor burung merak yang indah keluar dari pintu surga untuk suatu keperluan. Iblis melihatnya dan tanpa menunggu lama lagi ia beraksi, “Wahai makhluk yang mulia, siapa engkau dan siapa namamu? Aku belum pernah melihat makhluk Allah sebagus dirimu.” Burung itu menjawab, “Aku salah satu burung dari burung-burung yang ada di surga, namaku Merak.” Maka menangislah Iblis. Merak heran dengan tangisannya Iblis seraya bertanya, “Siapa kamu dan kenapa menangis?” Iblis menjawab, “Saya seorang malaikat, aku menangis karena sedih melihatmu yang akan kehilangan keelokan dan kesempurnaan kejadianmu.” Merak memastikan kebenaran ucapan Iblis dengan bertanya, “Betulkah aku akan rusak dari kejadianku ini?” “Tentu saja, engkau pasti akan binasa dan rusak, setiap makhluk hidup akan rusak kecuali mendapatkan pohon khuldi. Pohon itu membuat semua makhluk menjadi kekal.” “Dimana pohon itu?” “Di dalam surga” “Adakah yang bisa menunjukkan tempatnya?” “Saya yang akan menunjukkanmu tempatnya jika kamu memasukkanku ke dalam surga.” “Bagaimana aku bisa memasukkanmu ke dalam surga sedangkan tidak ada jalan untuk memasukinya tanpa sepengetahuan malaikat Ridwan. Tidak satu pun makhluk dapat masuk atau keluar kecuali dengan ijinnya. Tapi tunggu dulu, aku akan tunjukkan satu makhluk Allah yang dapat memasukkanmu. Dia mungkin satu-satunya yang dapat melakukannya. Dan ia itu pembantunya kholifah Allah, Adam.” Iblis bertanya, “Siapa dia?” Merak berkata, “Ular.” “Cepatlah beritahukan dia karena kami membawa kabar tentang keabadian. Mudah-mudahan dia bisa melakukannya.” Merak segera kembali ke dalam surga untuk menemui ular yang dimaksud. Bentuk ular itu juga elok dan mempunyai empat kaki. Merak berkata kepada ular, “Saya melihat seorang malaikat dari karubiyyun di depan pintu surga. Dia mengatakan tentang pohon yang bisa membuat kita kekal. Bisakah kamu memasukkannya ke dalam surga untuk menunjukkan kepada kita pohon khuldi, pohon keabadian?” Lalu, ular dan merak bergegas ke pintu surga untuk menjumpai Iblis. Dan sesampai di pintu surga Ular itu berkata kepada Iblis, “Bagaimana aku bisa memasukkanmu ke dalam surga, sedangkan Ridwan jika melihatmu pasti tidak mengijinkanmu masuk?” Iblis menjawab, “Aku akan merubah wujudku menjadi ulat lalu aku akan masuk dan berada di antara gigi taringmu.” Ular itu menjawab, “Baiklah” segera Iblis merubah dirinya menjadi seekor ulat dan masuk ke mulut ular itu yang membawanya masuk ke dalam surga tanpa diketahui oleh Ridwan. Di dalam surga, Iblis berniat menunjukkan tempat pohon yang dilarang oleh Allah kepada Adam. Namun, Iblis tidak menemukan Adam. Kemudian Iblis mendekati Hawa dengan meniup seruling. Belum ada makhluk yang pernah mendengar bunyi seruling yang seindah itu sehingga yang mendengarnya merasa terbuai dan hanyut tertarik oleh keindahan suaranya. Hawa dan yang lain sekitarnya menghampirinya. Iblis menghentikan permainan serulingnya sejenak. Hawa bertanya kepada Iblis, “Apa yang kau bawa itu?” Iblis menjawab, “Disebutkan bahwa tempat tinggal kalian berdua di surga dengan memperoleh kemuliaan dari Allah. Aku ikut bahagia melihat kalian berdua. Namun disebutkan juga di sini bahwa kalian berdua akan dikeluarkan dari surga, maka aku menangisi dan kwatir terhadap kalian berdua. Tidakkah tuhanmu telah berkata bahwa jika kalian makan dari pohon ini kalian akan mati atau di keluarkan dari surga? Perhatikan, jika aku makan pohon itu dan aku mati atau wujudku berubah maka kalian jangan memakannya. Aku bersumpah demi Allah, apa perlunya tuhan kalian melarang kalian mendekati pohon ini kecuali jika kalian tidak akan kekal di surga. Aku bersumpah kepadamu sesungguhnya aku ini termasuk orang-orang yang memberi nasehat.” Hawa tertegun dengan kata-kata Iblis itu, apalagi disertai dengan sumpah atas nama Allah, namun ia tidak berani memutuskan sesuatu karena suaminya Adam tidak ada. Dan ketika Adam tiba, Iblis kembali menghampiri Adam dan Hawa yang keduanya tidak mengenali bahwa yang datang kepadanya adalah Iblis. Dia kembali bersandiwara dengan menunjukkan kekwatirannya yang dalam terhadap nasib Adam dan Hawa dengan tangisan kesedihan. Adam bertanya, “Apa yang membuatmu menangis?” Iblis menjawab, “Aku menangisi kalian, karena kalian berdua akan mati dan berpisah, kalian akan meninggalkan kenikmatan dan kemuliaan kalian.” Kata-kata Iblis membuat hati keduanya tercekat. Iblis kembali menangis. Ia lalu menghampiri Adam dan Hawa dengan mengucapkan sebagaimana telah diabadikan dalam Al-Qur’an, “Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata, “Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?” (QS: Thoohaa: 120). Adam menjawab, “Ya” Iblis berkata, “Tiap bagian dari pohon ini adalah pohon keabadian.” Adam berkata, “Tuhanku telah melarangku untuk mendekatinya.” Adam enggan untuk menuruti kata-kata Iblis. Namun, Iblis serta merta bersumpah dengan nama Allah kalau sesungguhnya ia benar-benar pihak yang menasehati. Adam dan Hawa menjadi bimbing karena sampai detik itu tidak ada satu pun makhluk yang bersumpah palsu dengan mengatasnamakan Allah. Itulah sumpah palsu pertama yang terjadi di jagad raya ini, yaitu sumpahnya Iblis. Maka, cepat-cepat Hawa memakan buah pohon itu, lalu Adam mengikutinya. Tiba-tiba suara Allah membahana menghardik, “Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon itu dan Aku katakan kepadamu sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?” (QS: Al-A’rof: 22). Serta merta, pakaian Adam dan Hawa lenyap entah ke mana. Mereka sadar bila ternyata aurat mereka kelihatan. Adam dan Hawa ketakutan setengah mati serta bingung tidak karuan sambil berlari pontang-panting di dalam surga dan menghampiri pohon-pohon surga sambil menghiba kepada pohon-pohon itu supaya diperkenankan mengambil daunnya untuk menutupi auratnya. Akhirnya pohon Tin merasa kasihan kepada mereka dan memberikan daun-daunnya untuk menutup aurat mereka. Adam dan Hawa bermohon, “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” (QS: Al-A’rof: 23). Allah berfirman, “Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan.” (QS: Al-Baqoroh: 36). Akhir kisah, Allah mengusir makhluk-makhluk yang telah membangkang dari perintah-Nya. Adam, Hawa, Iblis, Ular, dan Merak diturunkan di bumi. Sebagai konsekuensi mereka diturunkannya di bumi, Adam dan Hawa merasakan suasana dingin menusuk tulang dan panas yang menyengat , berkeringat saat bekerja dan Hawa merasakan haid. Iblis juga menerima konsekuensi dengan diubah bentuknya oleh Allah dari rupa malaikat menjadi rupa setan yang menyeramkan dan Allah melaknatnya serta pintu taubat tertutup baginya. Ular ketika sampai di bumi tidak lagi mempunyai kaki. Ia berjalan dengan perutnya, sedangkan merak atas kesalahannya itu ia tidak lagi bisa terbang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar