Minggu, 15 Agustus 2010

SUMANTO PEMAKAN MAYAT dan SUMANTO PEMAKAN AL-QUR’AN (TUHAN BARU YANG BERNAMA PLURALISME)

Kedua nama Sumanto ini telah membuat geger di Indonesia, Sumanto pemakan bangkai mayat bikin miris bagi warga Purbalingga dan secara umum bagi warga Indonesia. Namun, Sumanto yang satu lagi ini menimbulkan kelompok pro dan kontra. Tentu saja kelompok yang pro adalah kelompok yang sefaham dengan-nya dan kelompok di luar Islam.

Sumanto, lahir di Purbalingga pada 3 Maret 1972 adalah seorang pemakan mayat yang berasal dari Purbalingga, Jawa Tengah. Pada awal tahun 2003, ia mencuri mayat seorang nenek yang baru saja dikubur dan lalu dimakannya karena percaya ini akan memberinya kekuatan supranatural. Kepercayaan Sumanto didasarkan pada kepercayaan mistis lokal dan para pakar berpendapat bahwa Sumanto mengidap gangguan jiwa.

Ia dihukum penjara selama 5 tahun namun dibebaskan bertepatan Hari Idul Fitri 2006 (24 Oktober) setelah beberapa kali mendapatkan remisi. Dikabarkan ia sekarang di Wisma Rehabilitasi Mental, Sosial, dan Narkoba yang terletak di Desa Bungkanel, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Purbalingga.

Itulah sekelumit cerita tentang Sumanto pemakan mayat dari Purbalingga. Nah, bagaimana dengan Sumanto yang satu lagi? Berikut adalah ceritanya:

Sumanto mengatakan bahwa, “Al Qur’an itu produk Muhammad serta sahabat-sahabatnya.” Dia berargumen bahwa, tidak ada seorang-pun di dunia ini yang mampu berinteraksi langsung dengan Tuhan-nya. Tidak mungkin orang-orang pada jaman itu mampu merekam firman Tuhan secara utuh hingga Al-Qur’an itu terdiri dari 30 Juzz, 114 Surat dan 6666 ayat.

Al Qur’an yang telah diyakini oleh umat muslim dunia sebagai kitab suci, oleh Sumanto Al-Qur’an dianggap bukan produk Allah SWT 100% dan dia menganggap Al Qur’an sudah tidak sesuai dengan perkembangan jaman, dengan dalih agar isi serta hukum yang ada didalamnya musti disesuaikan dengan perkembangan jaman. Jika ini terjadi, Sumanto telah memakan Al-Qur’an.

Siapakah Sumanto yang mempunyai gelar Al-Qurtubi ini?
Sebelum menyinggung siapa sejatinya Sumanto dengan gelar Al-Qurtubi, ada baiknya kita tahu apa makna Al-Qur’an sebagai kitab pedoman umat muslim. Ini perlu saya sampaikan karena saya curiga dengan gelar yang sandang oleh Sumanto, harap dibaca dengan cermat makna Al-Qur’an di bawah ini:

Al-Quran menyebut dirinya sebagai Hudan li al-nas,petunjuk bagi segenap umat manusia. Akan tetapi petunjuk al-Quran tersebut tidaklah dapat ditangkap maknanya bila tanpa adanya penafsiran. Itulah sebabnya sejak al-Quran diwahyukan hingga dewasa ini gerakan penafsiran yang dilakukan oleh para ulama tidak pernah ada henti-hentinya. Hal ini terbukti dengan banyaknya karya-karya para ulama yang dipersembahkan guna menyingkap dan menguak rahasia-rahasia yang terkandung di dalamnya dengan menggunakan metode dan sudut pandang berlainan.

Saya berkeyakinan Anda yang telah baca pasti faham kenapa Sumanto menyandang gelar Al-Qurtubi, berikut hal-ikhwal tentang Sumanto:

Sumanto al qurtuby merupakan tokoh JIL bersama Ulil Abshar Abdala yang membolehkan pluralisme dalam agama, ia mendukung bahwa agama yang benar tidak hanya Islam melainkan semua agama. Pendapatnya Sumanto ini juga dituangkan dalam bukunya lubang hitam agama, yakni ia mengatakan bahwa: “Sejarah kelahiran agama mencatat ke-ngerian, ada lubang hitam dalam kelahiran agama.”
“jika kelak di akhirat, pertanyaan diatas diajukan kepada Tuhan, mungkin ia hanya tersenyum simpul. Sambil menunjukkan surga-Nya yang maha luas, di sana ternyata telah menunggu banyak orang, antara lain, Jesus, Muhammad, Sahabat Umar, Ghandi, Luther, Abu Nawas, Romo Mangun, Bunda Teresa, Udin, Baharudin Lopa, dan Munir!” .

Sumanto & kelompoknya telah diilhami dengan pemikiran bahwa semua agama sama, semuanya menuju jalan kebenaran, jadi Islam bukanlah yang paling benar. Alasan mereka membolehkan pluralisme agama adalah karena seorang pluralis melihat, memahami, menghayati, dan bahkan mengamini pemahaman orang lain dari sudut pandang orang tersebut. Seorang pluralis tidak secara tekstual melainkan kontekstual dalam mempelajari ajaran agamannya. Seorang pluralis tidak memutlakkan pendapatnya, sehingga tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.

Selain itu ia juga mengkritik tentang fundamentalisme agama, ia mencoba menggolongkan fundamentalisme menjadi dua kelompok yakni kelompok yang berbahaya dan kelompok belum berbahaya. Dengan kata lain, dia ingin menyatakan kelompok fundamentalis spiritual punya potensi menjadi radikal. Fundamentalisme agama harus dilawan, sebab berkehendak memberangus keberagaman.
Faham pluralis inilah Tuhan baru bagi kelompok ini. Padahal konsep pluralis dalam Islam sudah jelas, “Lakum diinakum Waliadiiin.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar