Jika gunung adalah sebuah batu besar, kenapa ia bisa batuk, pilek, meriang, dan mual? Apa iya, gunung mengalami siklus seperti makhluk hidup lainnya, seperti manusia? Rasa mualnya itu sampai dia muntahkan lahar, awan panas, debu vulkanik, dan bebatuan dari isi perutnya.


Jadi, gunung meletus dan segala hal yang berhubungan erat dengan letusannya itu: awan panas, debu vulkanik, lahar, kerikil dan bebatuan beterbangan menimpa semua hal yang ada di sekitarnya itu bentuk deritanya gunung atau kemarahannya?
Namanya juga makhluk hidup, tidak selalu sehat. Ada saatnya mengalami sakit (batuk, mual, bersin-bersin…). Gunung juga bisa marah seperti halnya makhluk lainnya. Kita perlu menyikapinya dengan bijak. Sejatinya gunung itu makhluk penyendiri mungkin lebih tepatnya makhluk pertapa. Oleh karena itu, dalam meditasinya gunung tidak mau terganggu.
Mencoba memahi sifat gunung, selayaknya kita menjaga hutan sang teman sejatinya gunung. Kita tidak diperbolehkan menggunduli hutan, menambang pasir dan batu secara serampangan. Kenyataannya, orang kita lupa bahwa gunung itu mahkluk yang bisa marah dan sakit. Kita lupa bahwa kita telah menyakiti teman sejatinya gunung.
Ekonomi, iya, gunung bisa sakit dan marah karena berawal dari soal kebutuhan ekonomi.
Akhirnya, gunung merapi bisa kita pahami adalah sebuah makhluk yang cantik, perkasa dan menggetarkan. Kekaguman terhadap Merapi tak berubah, karena seperti halnya sebuah keburukan selalu diimbangi sisi kebaikan. Itulah kearifan alam - dan Merapi adalah salah satunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar