Senin, 06 Februari 2012

APAKAH DIKAU JUGA MERINDUKAN-KU?

Bisa dipastikan, jika saja saya mendengar orang alim bicara tentang Baginda Nabi SAW, maka mata ini tidak mampu menampung genangan air mata, saya selalu terharu. Walau pun cerita yang sama berulang selalu saja membuatku kangen kepada Baginda Nabi SAW.

Saya hanya mengenal namamu, wajah ramahmu itu pun tidak mampu aku gambarkan seperti apa. Sikapmu yang menghangatkan kalbu, gerak sikapmu yang selalu bikin banyak orang tertegun... Saya belum pernah hidup semasa mu tetapi saya berani mencitrakan engkau begitu...

mengutip komentar WC Smith, umat Islam akan bersatu membela Muhammad andaikan ada yang menghina ataupun melecehkannya. Umat Islam bisa berbeda mazhab dalam memahami Al-Qur’an dan Hadis, tapi semuanya bersatu membela kehormatan Nabi Muhammad. Bahkan mayoritas umat Islam sedunia sepakat untuk melarang penggambaran Nabi Muhammad, baik dalam bentuk gambar patung, lukisan, maupun adegan film agar citra dan kepribadiannya tidak terdistorsi.
Ghandi dalam sebuah biografinya: adalah karena pribadi dan ajaran kelembutan serta kasih sayang Muhammad yang membuat para musuhnya takluk kepadanya, bukan karena tajamnya pedang...

WC Smith dan Mahatma Gandi adalah manusia yang terlahir jauh setelah kerasulan Muhammad SAW tetapi mereka meyakini sifat-sifat Sang Nabi.

Di bawah ini dialog yang sangat apik  antara seorang pendeta Kristen dan seorang ustadz, tanpa bermaksud melecehkan Tuhan maupun pemeluk agama lain. Berikut sebagian petikan dialognya:

Pendeta: Mengapa seorang Muslim masih bershalawat mendoakan Nabi Muhammad? Bukankah kalau begitu, Nabi Muhammad belum tentu masuk surga karena masih memerlukan dukungan doa para pengikutnya? Kalau Nabinya saja masih membutuhkan doa pemeluknya dan tak ada jaminan masuk surga, bagaimana mungkin Nabi Muhammad bisa menolong umatnya masuk surga?
Ustadz: Bukan begitu maksudnya. Kami bershalawat karena kami sangat hormat dan cinta pada Nabi Muhammad. Nabi Muhammad sudah pasti masuk surga. Bahkan posisinya paling tinggi di antara seluruh rasul Tuhan.
Pendeta: Ketika cucu tercinta Nabi Muhammad, Hasan dan Husein, terbunuh di padang Karbala, bahkan kepalanya dipenggal dan jadi mainan lawan, di mana Muhammad saat itu?
Ustadz: Beliau berada di surga dan sudah tentu melihat bagaimana nasib cucunya.
Pendeta: Kalau memang begitu, mengapa tidak minta tolong pada Tuhan agar Hasan dan Husein dilindungi dari kejaran musuh?
Ustadz: Oh ya, Nabi Muhammad langsung minta tolong pada Allah. Tapi Allah malah menangis.
Pendeta: Oh ya? Mana mungkin Allah menangis?
Ustadz: Allah menjawab, Hai Muhammad, jangankan aku bisa menolong cucumu, sedangkan anakku Yesus ketika dikejar musuh dan disalib aku tidak bisa menolongnya.Bisa dipastikan, jika saja saya mendengar orang alim bicara tentang Baginda Nabi SAW, maka mata ini tidak mampu menampung genangan air mata, saya selalu terharu. Walau pun cerita yang sama berulang selalu saja membuatku kangen kepada Baginda Nabi SAW.

Saya hanya mengenal namamu, wajah ramahmu itu pun tidak mampu aku gambarkan seperti apa. Sikapmu yang menghangatkan kalbu, gerak sikapmu yang selalu bikin banyak orang tertegun... Saya belum pernah hidup semasa mu tetapi saya berani mencitrakan engkau begitu...

mengutip komentar WC Smith, umat Islam akan bersatu membela Muhammad andaikan ada yang menghina ataupun melecehkannya. Umat Islam bisa berbeda mazhab dalam memahami Al-Qur’an dan Hadis, tapi semuanya bersatu membela kehormatan Nabi Muhammad. Bahkan mayoritas umat Islam sedunia sepakat untuk melarang penggambaran Nabi Muhammad, baik dalam bentuk gambar patung, lukisan, maupun adegan film agar citra dan kepribadiannya tidak terdistorsi.
Ghandi dalam sebuah biografinya: adalah karena pribadi dan ajaran kelembutan serta kasih sayang Muhammad yang membuat para musuhnya takluk kepadanya, bukan karena tajamnya pedang...

WC Smith dan Mahatma Gandi adalah manusia yang terlahir jauh setelah kerasulan Muhammad SAW tetapi mereka meyakini sifat-sifat Sang Nabi.

Di bawah ini dialog yang sangat apik  antara seorang pendeta Kristen dan seorang ustadz, tanpa bermaksud melecehkan Tuhan maupun pemeluk agama lain. Berikut sebagian petikan dialognya:

Pendeta: Mengapa seorang Muslim masih bershalawat mendoakan Nabi Muhammad? Bukankah kalau begitu, Nabi Muhammad belum tentu masuk surga karena masih memerlukan dukungan doa para pengikutnya? Kalau Nabinya saja masih membutuhkan doa pemeluknya dan tak ada jaminan masuk surga, bagaimana mungkin Nabi Muhammad bisa menolong umatnya masuk surga?
Ustadz: Bukan begitu maksudnya. Kami bershalawat karena kami sangat hormat dan cinta pada Nabi Muhammad. Nabi Muhammad sudah pasti masuk surga. Bahkan posisinya paling tinggi di antara seluruh rasul Tuhan.
Pendeta: Ketika cucu tercinta Nabi Muhammad, Hasan dan Husein, terbunuh di padang Karbala, bahkan kepalanya dipenggal dan jadi mainan lawan, di mana Muhammad saat itu?
Ustadz: Beliau berada di surga dan sudah tentu melihat bagaimana nasib cucunya.
Pendeta: Kalau memang begitu, mengapa tidak minta tolong pada Tuhan agar Hasan dan Husein dilindungi dari kejaran musuh?
Ustadz: Oh ya, Nabi Muhammad langsung minta tolong pada Allah. Tapi Allah malah menangis.
Pendeta: Oh ya? Mana mungkin Allah menangis?
Ustadz: Allah menjawab, Hai Muhammad, jangankan aku bisa menolong cucumu, sedangkan anakku Yesus ketika dikejar musuh dan disalib aku tidak bisa menolongnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar