Jumat, 25 November 2011

SUP BELALANG, JAMUAN ISTIMEWA RAJA SULAIMAN

Nabi Sulaiman merupakan manusia yang diberi karunia sangat besar oleh Allah. Bangsa jin, manusia, seluruh binatang takluk kepadanya bahkan angin pun ditundukkannya dengan seizin Allah. Singgasana Ratu Bilqis saja bisa dipindahkan dari Saba’ di Yaman ke hadapan nabi Sulaiman dalam waktu sekejap mata.

Ketika nabi Sulaiman menyadari bahwa karunia Allah yang diberikan kepadanya itu sangat besar, kini Sulaiman tampak mencoba menguji sebesar kemampuan kerajaannya dalam memberi makan makhluk di seluruh negeri kekuasaannya.
Pada kesempatan yang dirasakan amat memungkin, Sulaiman berdoa kepada Allah, “Ya Allah, hendaklah Engkau memberiku kesempatan kepada hamba-Mu ini untuk memberi makan para  makhluk-Mu di bumi ini barang sebulan saja.”
Allah menjawab, “Wahai Sulaiman, kamu tidak akan mampu menanggung rezeki mareka dalam jangka waktu itu.”
Sulaiman berkata, “Kalau begitu, hendaklah Engkau izinkan saya memberi rezeki mereka seminggu saja.”
“Engkau juga tidak akan mampu, wahai Sulaiman.” Sahut Allah lebih lanjut.
Tetapi nabi Sulaiman tetap mendesak, “Kalau demikian, izinkan saya memberi makan mereka dalam sehari saja!”
Engkau tetap tidak akan mampu, Sulaiman!” Jawab Allah SWT.
Mendapat jawaban seperti itu, nabi Sulaiman bengong tidak mengerti, kemudian memaksakan diri bermunajat pada kali terakhir, “Ya Allah, berilah izin hamba-Mu untuk memberi makan mereka, kendati barang sehari.”
Menyadari atas kenekatan Sulaiman, Allah pun memberi izin kepada nabi Sulaiman untuk mencobanya, agar ia tahu seberapa besar kekuatan kerajaannya itu.
Mendapat izin ini, hati Sulaiman amatlah lega. Segera saja ia mengumpulkan para prajurit yang terdiri dari manusia dan bangsa jin agar mereaka segera mempersiapkan dan mendatangkan berbagai bahan yang mungkin diperlukan, baik yang akan dikonsumsi bangsa jin, manusia, ataupun binatang. Didatangkan pula berbagai lauk dari seluruh penjuru dunia, yang berupa sapi, domba, kerbau dan lain sebagainya untuk disembelih.
Setelah seluruh makanan beserta lauk pauknya dirasakan siap, seluruh prajurit segera diperintahkan untuk memasang periuk-periuk besar yang mampu untuk menanak nasi dalam jumlah besar. Lauk pauk pun segera dimasak dengan rempah yang mengundang selera.
Setelah dirasakan siap, seluruh makanan itu dihamparkan di atas alas di tanah lapang yang luasnya sepanjang mata memandang, sehingga diperkirakan jaraknya adalah sama dengan jarak dua bulan perjalanan. Sulaiman memilih tempat yang paling strategis, sehingga akan mudah dijangkau oleh seluruh makhluk, baik yang berada di lautan atau pun daratan. Dalam hal ini, angin diperintahkan agar bertiup sedang untuk menjaga agar makanan tidak cepat basi.

Seluruh makan telah terhidang dengan sempurna, Allah pun bertanya kepada Sulaiman, “Wahai Sulaiman, siapa yang lebih dahulu engkau kehendaki untuk menyantap hidanganmu, apakah dari bangsa jin, manusia, atau binatang?”
“Ya Allah, saya menginginkan, hendaklah binatang samudera yang lebih dulu menyantap hidangan saya ini,” jawab nabi Sulaiman dengan sopannya.
Seketika Allah segera memberi tahu kepada seluruh binatang laut bahwa rezeki mereka pada hari itu bukan lagi Allah yang memberi, akan tetapi telah ditanggung oleh hamba-Nya yang bernama Sulaiman.
Tiba-tiba seekor ikan samudera yang sangat besar bergerak menuju kerajaan nabi Sulaiman untuk mendapatkan rezekinya. Ia diperintahkan Allah untuk terlebih dahulu menyantap hidangan itu sebelum ikan-ikan yang lebih kecil memakannya.
Setelah ikan besar itu bertemu dengan nabi Sulaiman, ia berkata, “Wahai Nabi Sulaiman, aku mendengar bahwa rezekiku hari ini tidak ditanggung Allah lagi, namun engkau yang menanggungnya. Adakah berita itu benar?”
Menyadari datangnya binatang sebesar itu, hati nabi Sulaiman mulai ragu, adakah rezeki yang dipersiapkan itu bisa mencukupi? Bagaimana jika jumlah binatang seperti itu mencapai ratusan, bahkan ribuan? Dengan tubuh mulai lesu, nabi Sulaiman mempersilahkan binatang itu untuk mulai menyantap makanan yang telah terhidang. Segera saja, ikan itu beserta teman-teman sejenisnya bergerak mendekati hidangan yang diperkirakan Sulaiman cukup untuk seluruh makhluk. Namun apa yang terjadi, ikan-ikan besar itu segera melahapnya mulai dari permulaan sampai habis seluruhnya dalam sekejap. Bahkan setelah itu, ikan-ikan itu masih berteriak-teriak, “Wahai Nabi Sulaiman, kami belum kenyang, makanan itu hanya menempati sebagian perut kami. Untuk itu, hendaklah engkau menambah lagi!
Mendapatkan permintaan seperti itu, Nabi Sulaiman marah sembari mengatakan, “Wahai ikan yang tidak mengerti aturan, betapa banyak makanan yang telah kalian habiskan, betapa rakusnya kalian, sehingga makhluk lain tidak mendapatkan bagian.”
Sang ikan pun menjawab, “Betapa tidak pantas ucapan sang tuan rumah. Hendaklah engkau ketahui, wahai nabi Sulaiman, bahwa porsi makan kami setiap hari adalah tiga kali lipat dari apa yang engkau sediakan, sehingga engkaulah penyebab utama hari ini kami kelaparan. Engkau cerobah, wahai Nabi Sulaiman.”
Nabi Sulaiman pun langsung bersujud kepada Allah atas ketidakmampuannya memberi rezeki para makhluk-Nya. Setelah itu, Sulaiman segera berdoa kepada Allah:
“Ya Allah, mulai detik ini, tanggung jawabku memberi makan para makhluk-Mu aku kembalikan kepada-Mu, mohon ampun atas kecerobohanku, dan segera terimalah permohonanku ini sebelum para makhluk-Mu ramai-ramai menuntut rezeki mereka kepadaku, Engkau Maha Suci lagi Maha Besar, ya Allah.”

Tepat ketika Nabi Sulaiman bermunajat seperti itu, burung Hudhud sedang berada di dekatnya. Ia tidak kasihan melihat nabinya merintih dan berdoa mengembalikan mandat memberi rezeki kepada Sang Pencipta, bahkan ia tampak senang, dan ia pun berusaha menghibur nabinya agar dukanya segera terobati.
Hudhud berkata, “Wahai nabiullah, aku sangat ingin membahagiakan hati baginda hari ini.”
Nabi Sulaiman segera berkata, “Apa yang akan engkau lakukan, wahai Hudhud untuk mengobati hatiku yang sedang sedih ini?”
“Aku ingin menjamu baginda hari ini,” jawab burung Hudhud.
“Adakah hidanganmu itu engkau khususkan untuk diriku, atau beserta para prajuritku?” Sambung nabi Sulaiman lebih lanjut.
Dengan bangganya, Hudhud berkata, “Bahkan, baginda beserta para prajurit dan seluruh rakyat baginda, baik dari bangsa jin, manusia, dan seluruh binatang selain diriku.”
Maka, antara Nabi Sulaiman dan Hudhud pun segera membuat kesepakatan dan menentukan waktu untuk menyantap jamuan yang disediakan Hudhud itu.
Waktu yang telah ditentukan pun tiba dan semua dipandang siap, maka seluruh prajurit nabi Sulaiman beserta rakyatnya bergerak menuju arah yang ditunjukkan Hudhud yang tampaknya menuju ke tepi lautan. Setelah rombongan itu berada di dekat laut, segera saja burung Hudhud menyambar seekor belalang dengan paruhnya, kemudian ia mencekiknya hingga mata belalang tersebut melotot dan kemudian mati.
Lalu, dilemparkannya belalang itu ke laut. Kemudian, Hudhud berkata, “Wahai Nabi Allah, hendaklah baginda segera menyantap hidangan yang telah hamba sediakan berupa daging. Dan, barang siapa tidak kebagian, ia bisa menyantap kuahnya.”
Mendapat akal-akalan Hudhud seperti ini, Nabi Sulaiman hanya tertawa lebar, menyadari bahwa ulah Nabi Sulaiman bermunajat kepada Allah untuk memberi makan para makhluk-Nya kini ditirukan oleh Hudhud dengan kelicikannya.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar