Rabu, 17 Agustus 2011

GADO-GADO HATI



Semua ada di dalam dirimu. Mintalah melalui dirimu sendiri (Jalaludin Rumi).

Saya baru menyadari kalau selama ini sudah memperlakukan diri ini seperti mesin. Menjalani kehidupan yang bersifat rutinitas, itu-itu saja, begini terus, monoton. Persis dengan istilah defauld factory setting: pagi-pagi berangkat ke kantor dan kembali ke rumah saat malam bersiap merengkuh dan menina bobokan.
Dari hari Senin sampai hari Jumat, weekend istirahat dan kadang hari Minggu diajak jalan-jalan oleh keluarga terus dan berlangsung bertahun-tahun...
Comfort Zone: inilah yang membentuk watak saya menjadi mental karyawan hingga lupa dengan takdir awal Tuhan. Padahal Allah SWT telah mendisain diri saya sebagai manusia sempurna, karena fitrahnya, manusia itu diciptakan dengan berbagai kelebihan dan kesempurnaan. Manusia adalah makhluk sebaik-baik ciptaan-Nya...

Tetapi, saya telah membiarkan kesempurnaan itu sia-sia. Eksistensi diri saya hanya sebatas dalam keluarga dan lingkungan kerja di kantor. Nabi yang agung SAW bilang, “sebaik-baik manusia adalah yang banyak bermanfaat bagi banyak manusia lain”. Dan diantara banyak manusia mempunyai potensi itu.

Apa yang sudah saya dapatkan hingga usiaku 40 tahun ini? Kalau dunia yang fana ini yang saya kejar rasanya kok belum sama sekali. Bukan berarti kufur nikmat. Banyak pemuda yang umurnya jauh di bawah saya telah sukses di dunia, aset mereka telah mencapai milyaran rupiah. Sedangkan saya kok begini-begini saja.

Bukankah Allah SWT telah mendisain saya menjadi manusia yang sempurna, fitrah manusia yang bisa mewujudkan berbagai impian dengan relatif mudah? Jujur saja, saya kok tidak yakin bahwa kesempurnaan itu ada pada diri saya. Karena jika saya sempurna, harusnya saya lebih hebat dari kondisi sekarang. Hidupku lebih bermanfaat bagi banyak orang, sukses, karier jelas dan pasti, serta kuat secara financial.

Saya baru menyadari, saya mustinya bisa lebih berhasil jika saya mempunyai impian dan berusaha menggapainya. Saya tanamkan cita-cita itu kedalam hati dan fikiran serta sekuat tenaga berusaha meraihnya. Namun, sayang sekali aku lupa bercita-cita, aku lupa bagaimana berimajinasi. Saya melupakan kesuksesan yang telah saya gapai lewat imajinasi.

Dahulu, sekitar tahun 1996 saya adalah seorang marketing property. Saya tidak punya rumah tetapi kerjaannya menjual rumah. Impianku saat itu adalah bagaimana caranya agar saya punya rumah sendiri, tiap hari saya berhayal punya rumah dan berperilaku sebagai tuan rumah. Subhanallah, empat tahun kemudian tepatnya di tahun 2000 impian punya rumah itu terwujud. Jika saya mengingatnya, ternyata, banyak hayalan-hayalan kecil itu terwujud dalam hidup saya.
Masih di tahun 1996, saat saya masih ber-gaji Rp 180.000,- per bulan saya bercita-cita ingin kuliah tidak tanggung-tanggung targetnya adalah sampai jenjang sarjana S-1. Saya datang pada senior-senior saya di kantor dan mengutarakan niat saya. Bukan motivasi dan dukungan yang aku dapat, tetapi, mereka meng-kwatir-kan saya gagal di tengah jalan dan biaya kuliah terbuang percuma karena melihat kemampuan saya dengan berpendapatan hanya Rp180.000,- se bulan tadi.

Alhamdulillah saat itu saya masih mewarisi tingkah laku bayi berusia 9 – 10 bulan ketika ia baru mulai bisa duduk dan mencoba untuk berjalan. Dia akan sekuat tenaga dan tidak pernah kapok untuk mengeksplorasi dunianya dengan penuh keberanian walaupun tubuhnya belum siap untuk melakukan seperti gaya manusia dewasa. Si bayi tadi belum mempunyai konsep berfikir ia tidak mampu. Semua dilakukan dengan totalitas, antusias, tawa dan air mata.
Persis itu saya lakukan saat mendaftar kuliah, ikhlas lillahi ta’ala. Mau tuntas sampai lulus S-1 atau berhenti ditengah jalan saya pasrahkan kepada Tuhan dan tugas saya hanya semangat selebihnya biarlah Allah SWT pemilik kerajaan bumi dan langit yang mengaturnya.
Subhanallah 4 tahun kemudian tepatnya tahun 2000 saya lulus S-1 dan diwisuda. Bagaimana mungkin dua impian saya gapai sekaligus diwaktu yang sama? Rumah dan Sarjana saya dapatkan di tahun yang sama? Tidak ada yang tidak mungkin bagi Tuhan semuanya telah ada dalam khasanah Yang Maha Luas.

Tulisan singkat ini terinspirasi dari seorang teman yang datang kepada saya kemarin. Teman itu adalah seorang marketing property, ia datang dan menceritakan maksudnya kepada saya, “saat ini saya mempunyai uang 30 juta rupiah dan saya berkeinginan mempunyai mobil untuk menunjang aktivitas saya, disamping itu saya juga pengen beli rumah untuk orang tua saya karena sampai sekarang ini rumah yang ditempatinya statusnya masih kontrak”.

Sungguh, saya telah melupakan apa yang telah saya raih dari sebuah hayalan 11 tahun silam. Bahkan saya telah mendholimi diri saya sendiri dengan pikiran picik, “mana mungkin kamu bisa merealisasikan niatmu untuk mendapatkan rumah dan mobil hanya dengan uang Rp30 juta, sementara kamu masih kuliah dan ambil kursus?

Sementara saya mencari ide hayalan yang fantastik untuk perubahan hidup saya di kemudian hari, marilah kita tunggu apa yang akan terjadi dengan saya dan teman saya itu di waktu yang akan datang?

Seorang anak petani miskin yang masih kuliah datang kepada ustad dan mengutarakan maksudnya, “ustad, saya masih kuliah dan sekarang ini baru semester 2 sedangkan orang tua saya adalah petani miskin tetapi saya tidak mau terlalu merepotkannya. Saya harus menyelesaikan kuliah ini hingga tuntas dan ber-predikat baik. Suatu saat nanti saya juga hendak membelikan sawah dan memberangkatkan haji kedua orang tua saya”. Tolong saya ustad, kuatkan niatku!.

Ustad tersebut hanya tersenyum dan mengatakan kepada pemuda tadi, “hayalan dan cita-citamu itu hendaknya kau tanamkan dalam hati dan kuatkan dalam pikiranmu!”
Model petuah ustad tadi itu sekarang telah menjelma menjadi sebuah tren motivasi di banyak kesempatan dengan jargon “BELIEVE SYSTEM”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar