Jumat, 08 Oktober 2010

ADA APA DENGAN INDONESIA KITA?

Dahulu moyang kita sering bercerita bahwa, negeri kita ini elok dan damai. Masyarakatnya ramah, akur satu sama lain walau perbedaan itu beragam. Pokok-e gemah ripah loh jinawi toto raharjo…podo tentrem, adem, ayem, mangan ora mangan sing penting kumpul…
Tetapi akhir-akhir ini kemarahan-demi kemarahan begitu mudah dilontarkan. Kasus HKBP – Bekasi, kasus Blowfish yang memakan korban, teror-teror di mana-mana, perampokan dan begal merajalela. Negeri ini nampaknya kehilangan jati dirinya. Warga masyarakat mudah sekali tersulut emosi, mudah putus asa, gampang marah, dan jika sudah marah lalu menjurus ke isu sara dan lain-lain.
Ternyata kekuatan kebhinekaan kita, tidak sekokoh slogan-slogan yang didengungkan selama ini. Jiwa kita ternyata rapuh dan lapuk. Ternyata, kita belum dewasa. Kita belum mampu menghargai perbedaan, menghormati keberagaman serta mencermati persamaan.

Marah tentu saja boleh. Berikut, kisah Nabi Ibrahim yang marah dan menghancurkan berhala-berhala serta membiarkan satu berhala terbesar tetap utuh berdiri, mencerminkan luapan marah yang terkendali. Marah yang tidak buta, marah yang mendidik. Sehingga dengan cerdiknya beliau kembali melemparkan pertanyaan kepada kaumnya yang marah karena para tuhannya dihancurkan oleh Ibrahim a.s.

"Bukan aku yang menghancurkan berhala-berhala kalian. Yang besar itulah pelakunya, tanyakan saja padanya bila kalian tidak percaya!."

Dalam amarah yang memuncak, kaum Ibrahim berkata, "Jangan main-main Ibrahim, bagaimana mungkin kami bertanya pada patung yang tak sanggup berkata-kata?"

Ibrahim menjawab bijak, "Kalau begitu, mengapa selama ini kalian menyembahnya dan bukan menyembah Allah SWT?"

Seorang filsuf berkata, "Marah itu mudah, tapi marah pada orang yang tepat, dengan alasan yang tepat pada waktu dan tempat yang tepat bukanlah pekerjaan mudah."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar