Memegang tangan pasangan saja membuat jantung berdebar. Melihat matanya yang dibalut senyum bisa menyita seluruh waktu. Pikiran penuh dengan kenangan itu membentuk satu rangkaian kalimat yang terdengar di telinga setiap hari. Memperhatikan rambut, mata, hidung, bibir, dan cara bicara lawan jenis kita, semuanya tampak pas dan sempurna. Dan pada akhirnya hidup kita seperti dipaku pada satu tempat yang bernama jatuh cinta.
Alkisah, terdapat seorang pemuda yang datang hendak berguru kepada seorang guru tarekat, mau belajar bagaimana mengenal, mendekat, dan mencintai Tuhan sehingga mengalahkan cintanya pada dunia. Tentu saja sang guru menyambut gembira kedatangannya. Setelah mendengarkan maksud kedatangannya, sang guru bertanya: “Pernahkah Anda merasakan jatuh cinta pada seorang perempuan?” Pemuda menjawab, “Belum.” Sang guru pun menganjurkan agar ia pulang dulu ke kampungnya dan mempersilakan datang lagi setelah pernah mengalami jatuh cinta kepada lawan jenis.
Kisah sufi ini menjelaskan, berbagai pesan Al-QurĂ¡n untuk mencintai Tuhan, akan sulit dimengerti kecuali oleh mereka yang pernah merasakan jatuh cinta. Tentu saja cinta pada Tuhan dan cinta pada lawan jenis berbeda. Namun dengan bekal pengalaman bagaimana rasanya mabuk rindu terhadap orang yang dicintai akan sangat membantu memahami ajaran tasawuf tentang cinta. Rasa cinta dan rindu merupakan dua perasaan yang saling terkait, dan tak mungkin dipisahkan. Siapapun yang belum pernah mengalami jatuh cinta dan belum pernah merasakan derita dirundung rindu akan sulit baginya untuk memahami, merasakan, dan mengungkapkan kata “cinta” dan “rindu” ketika nantinya guru sufi berulang kali mengucapkan dua kata itu.
Alkisah, terdapat seorang pemuda yang datang hendak berguru kepada seorang guru tarekat, mau belajar bagaimana mengenal, mendekat, dan mencintai Tuhan sehingga mengalahkan cintanya pada dunia. Tentu saja sang guru menyambut gembira kedatangannya. Setelah mendengarkan maksud kedatangannya, sang guru bertanya: “Pernahkah Anda merasakan jatuh cinta pada seorang perempuan?” Pemuda menjawab, “Belum.” Sang guru pun menganjurkan agar ia pulang dulu ke kampungnya dan mempersilakan datang lagi setelah pernah mengalami jatuh cinta kepada lawan jenis.
Kisah sufi ini menjelaskan, berbagai pesan Al-QurĂ¡n untuk mencintai Tuhan, akan sulit dimengerti kecuali oleh mereka yang pernah merasakan jatuh cinta. Tentu saja cinta pada Tuhan dan cinta pada lawan jenis berbeda. Namun dengan bekal pengalaman bagaimana rasanya mabuk rindu terhadap orang yang dicintai akan sangat membantu memahami ajaran tasawuf tentang cinta. Rasa cinta dan rindu merupakan dua perasaan yang saling terkait, dan tak mungkin dipisahkan. Siapapun yang belum pernah mengalami jatuh cinta dan belum pernah merasakan derita dirundung rindu akan sulit baginya untuk memahami, merasakan, dan mengungkapkan kata “cinta” dan “rindu” ketika nantinya guru sufi berulang kali mengucapkan dua kata itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar